Luwu – Korupsi tidak terjadi dalam ruang hampa. Faktor internal yang berakar pada sifat manusia sering kali menjadi pemicu perilaku koruptif. Salah satu yang menonjol adalah keserakahan, sebuah naluri dasar yang mendorong seseorang untuk mengambil lebih dari yang seharusnya.
Namun, menurut Yuwanto (2015) dalam kajiannya “Profil Koruptor Berdasarkan Tinjauan Basic Human Values,” keserakahan bukanlah satu-satunya pemicu. Ada nilai-nilai pribadi yang juga berperan dalam mendorong perilaku koruptif.
Teori Basic Human Values yang diperkenalkan oleh Schwartz (1992) memberikan wawasan mendalam mengenai nilai-nilai yang memengaruhi perilaku manusia. Ia mengidentifikasi sepuluh nilai universal yang mengarahkan tindakan kita :
1. Achievement menekankan pada pencapaian kesuksesan pribadi.
2. Stimulation merujuk pada pencarian tantangan dan variasi.
3. Power berkaitan dengan status sosial dan dominasi.
4. Hedonism terkait dengan pencarian kesenangan dan kesejahteraan diri.
5. Self-direction menggarisbawahi kebebasan dalam bertindak.
6. Tradition menghormati adat dan budaya.
7. Universalism menekankan kesejahteraan bersama.
8. Security terkait kebutuhan akan rasa aman.
9. Conformity untuk menjaga keseimbangan sosial.
10. Benevolence mencerminkan kepedulian terhadap orang lain.
Dari perspektif ini, kita dapat melihat bagaimana nilai-nilai tersebut membentuk motivasi di balik perilaku koruptif.
Lima Tipe Koruptor Berdasarkan Basic Human Values
Dalam penelitian yang melibatkan 52 psikolog, diidentifikasi lima tipe koruptor berdasarkan motivasi mereka :
1. Koruptor Berbasis Tradition.
Mereka memandang korupsi sebagai warisan yang diteruskan, dianggap sebagai norma yang tidak salah dan dijalankan dalam kelompok tertentu, mengakar dari generasi ke generasi.
2. Koruptor dengan Kombinasi Tradition, Self-direction, dan Stimulation.
Koruptor tipe ini memandang korupsi sebagai kebiasaan yang juga melibatkan pemberontakan terhadap aturan, mengambil risiko demi keuntungan pribadi.
3. Koruptor dengan Self-direction, Achievement, dan Power.
Tipe ini memiliki ambisi pribadi yang kuat untuk mencapai kesuksesan finansial dan dominasi. Status dan kekuasaan menjadi tujuan utama mereka.
4. Koruptor dengan Conformity dan Security.
Terjebak dalam sistem yang korup, mereka merasa terpaksa melakukannya demi diterima lingkungan, meski tindakan ini tetap tidak dapat dibenarkan.
5. Koruptor dengan Hedonism dan Power.
Mereka mengejar kekayaan dan kesenangan sebagai cara untuk hidup nyaman dan mengendalikan orang lain.
Menangani Korupsi Melalui Pemahaman Nilai dan Kerja Sama Kolektif
Memahami berbagai motif di balik korupsi memberikan wawasan baru mengenai kompleksitas tindakan koruptif. Namun, dampak buruknya terhadap masyarakat tidak dapat diabaikan. Kolaborasi antara masyarakat dan lembaga, seperti KPK, sangat penting dalam melawan korupsi. Melaporkan dugaan tindak korupsi serta meningkatkan pengetahuan tentang antikorupsi adalah langkah-langkah awal yang bisa diambil.
Tindakan kolektif ini adalah bagian dari upaya memastikan bahwa warisan korupsi tidak dilanjutkan kepada generasi mendatang.
Komentar