Luwu – Pelaksanaan Pilkada serentak 2024 menghadirkan perubahan signifikan dalam praktik politik lokal. Salah satu dampak positif yang terlihat adalah menurunnya peredaran politik uang (money politics) di sejumlah kabupaten. Dengan pengawasan yang lebih terintegrasi dan kesadaran masyarakat yang meningkat, Pilkada tahun ini dianggap lebih berkualitas.
Konsolidasi pengawasan oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) menjadi salah satu faktor utama keberhasilan ini. Dengan pelaksanaan Pilkada secara serentak, sumber daya pengawas dapat dimanfaatkan lebih maksimal, contoh di Kabupaten Luwu.
Ketua Bawaslu Luwu, Irpan, menjelaskan bahwa laporan terkait politik uang tahun ini, selama proses masa kampanye dan masa tenang tidak ada laporan serta temuan terkait Politik Uang dibandingkan Pilkada sebelumnya.
“Pilkada serentak memungkinkan kami memusatkan pengawasan di berbagai tempat dengan cara yang lebih efektif. Langkah ini terbukti berhasil menekan praktik politik uang yang selama ini menjadi momok demokrasi kita,” jelasnya.
Di sisi lain, masyarakat di berbagai daerah mulai menunjukkan perubahan pola pikir. Edukasi politik yang intensif dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) kabupaten Luwu dan berbagai organisasi masyarakat membuat warga lebih sadar akan pentingnya memilih berdasarkan kualitas calon, bukan karena iming-iming materi.
“Keberhasilan pilkada atas kerjasama semua pihak, termasuk komitmen paslon bupati yang menginginkan pilkada aman dan damai,” Ungkap Ketua KPU Luwu.
Sementara itu salah satu warga Kabupaten Luwu, Sitti Rahma, mengungkapkan kebanggaannya bisa memilih tanpa dipengaruhi politik uang. “Dulu, banyak orang di sini hanya memilih karena diberi uang. Tapi sekarang kami sudah sadar, ini untuk masa depan kita sendiri,” katanya.
Minimnya politik uang di Pilkada 2024 tidak hanya meningkatkan kredibilitas pemilu, tetapi juga memberikan ruang bagi calon kepala daerah untuk bersaing secara sehat. Para kandidat lebih fokus menyampaikan visi dan misi mereka kepada masyarakat. Debat publik dan diskusi menjadi forum utama bagi para calon untuk merebut simpati pemilih.
Di Kabupaten Luwu, misalnya, tingkat partisipasi pemilih mencapai 78%, dengan banyak warga yang mengaku memilih berdasarkan program kerja para kandidat. Fenomena serupa juga terlihat di Kabupaten Enrekang dan Sidrap.
Keberhasilan Pilkada serentak 2024 di beberapa daerah menjadi bukti bahwa demokrasi Indonesia semakin matang.
Akademisi Politeknik Dewantara, Chalik Mawardi menilai menurunnya praktik money politics adalah sebuah kemajuan dalam pelaksanaan pesta demokrasi dan momentum ini sebagai awal yang baik untuk masa depan demokrasi yang bersih.
“Ini adalah sebuah kemajuan dalam proses berdemokrasi. Masyarakat sudah semakin sadar bahwa politik uang tidak baik untuk dalam sebuah kontestasi politik,” katanya saat dihubungi.
Ia berharap pemimpin yang terpilih dapat fokus bekerja untuk kemajuan daerah dan kesejahteraan rakyat, tanpa ada yang terpinggirkan.
“Karena pemimpin telah dipilih tanpa adanya praktik politik uang, maka pemimpin tersebut harus membayarnya dengan bekerja lebih baik dan tentunya untuk kemajuan daerah serta kesejahteraan semua rakyat,” papar mantan wartawan media nasional.
Dengan berkurangnya praktik politik uang, Pilkada serentak 2024 memberikan harapan baru bagi demokrasi di Indonesia. Keberhasilan ini diharapkan dapat menjadi barometer dan contoh bagi pelaksanaan pemilu di masa mendatang.